Suara sirine ambulance yang terdengar nyaring di dalam kamar Rumah Sakit Kakek, banyak orang yang menangisi saudara dan keluarga mereka yang terbaring lemah di tempat tidur. Tetapi bagi Gendis, Sekar dan Pipit itu merupakan hal yang biasa saja, karna mereka sudah sering menemui hal seperti itu. Kakeknya merupakan pasien Rumah Sakit dan saat ini terbaring lemah di tempat tidur. Minggu-minggu ini mereka sering menemani kakek. Jadi itulah yang membuat mereka tak takut dengan Rumah Sakit.
Malam itu, malam yang indah. Bintang-bintang dan bulanpun ikut menemani kakek di Rumah Sakit seperti halnya Gendis, Sekar dan Pipit. Mereka saat itu sedang menjaga kakeknya yang terbaring ditempat tidur. Mereka berkumpul dan tertawa bersama. Sudah lama kakek menginap di Rumah Sakit itu karna penyakit tipusnya. Tetapi gendis, sekar dan pipit tak bosan-bosan untuk menemani kakek tersayangnya itu. Karna kakek mereka adalah kakek yang sangat baik.
Dimalam itu mereka bercerita tentang zaman ora enak dimana penjajahan datang ke Indonesia. Kakek bercerita itu semua karna kakek pernah mengalaminya. Kakekpun bercerita tentang peperangan dan kerja rodi pada saat itu. Mereka mendengarkan cerita kakek dengan penuh perhatian, pada saat itu mereka masih duduk di Sekolah Dasar. Maklumlah mereka masih penasaran dengan apa yang belum mereka ketahui. Di kamar 007 itulah suara kakek yang serak terdengar dan memantul ke ruangan lainnya. Ya rumah sakit merupakan Rumah Orang Sakit, yang ada hanyalah virus dan bakteri yang tak terlihat. Begitulah Rumah Sakit suasananya yang sepi, berbau obat dan banyak virus menjadi ciri khas Rumah itu. Walaupun seperti itu tetapi Sekar, Gendis dan Pipit tetap betah menemani kakeknya.
Suara kakek terdengar jelas ditelinga mereka bertiga. Saat kakek bersuara keras, ekspresi wajah mereka yang sayu menandakan penasaran tentang apa kelanjutan dibalik cerita kakek itu. Tiba-tiba...
“Tok..Tok..Tok..” suara ketukan pintu terdengar dari luar. Mereka kaget dan sontak kakek manjawab “Masuk...”. ternyata suster cantik datang membawa obat dan makan malam untuk kakek.
“Selamat malam, kakek”
“Malam, sus”
“Makan malamnya dan obatnya diminum ya kek ”
“Iya, terimaksih suster”
Setelah suster itu kembali keluar. Kakek melanjutkan ceritanya kembali diselingi dengan suapan dari cucu-cucunya. Ditengah cerita itu, kakek memberikan nasehat kepada cucunya. Kakekpun berpesan agar mereka selalu berbakti kepada orang tua.
“belajarlah yang rajin , agar kelak ayah dan ibumu bangga, jangan sampe menyia-nyiakan mereka yang telah memberikan semua pelajaran kepada kalian, kakek hanya bisa mendo’akan kalian cucuku”
“iyaa kek, terimakasih.. amin ”
“yang terpenting belajar dulu yang rajin, dan hati-hati ya jaga diri kalian kakek minta maaf kalo belum bisa bahagian cucu kakek yang manis-manis ini ”
“iyaa kakek, ngga boleh ngomong gtu deh, kakek udah baik sama kita, kakek udah banyak mengajari kita. Yang terpenting sekarang kakek sembuh dulu, diminum obatnya ya kek?”
“iyaa sayang”
Malam itu merupakan malam yang paling berkesan untuk mereka berempat. Saat jam menunjukan pukul 08.00, mereka dijemput oleh Ayah dan Ibu. Pulanglah mereka, tetapi mereka tak mau pulang mereka ingin menginap dan menemani kakeknya. Apalah daya hari esok mereka harus kembali bersekolah. Ayah dan ibu tak mengijinkan mereka menginap, lalu Ayah dan Ibu menjanjikan mereka akan menengok kakek terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah.
Diperjalanan pulang, raut wajah mereka masih tetap cemberut yang menandakan kejengkelan mereka yang tak boleh menginap di Rumah Sakit. 15 menit setelah sampai rumah, terdengar suara telfon berdering. Ternyata telfon itu dari Rumah Sakit tempat kakek menginap, Rumah Sakit itu menginformasikan kondisi kakek yang memburuk. Padahal saat mereka tadi kesana kakek masih bisa tertawa. Gendis, Sekar, dan Pipit kaget mendengar berita itu, mereka langsung pergi kerumah sakit itu lagi. Benarlah firasat mereka bertiga. Sampai di Rumah Sakit, kakek telah tiada. Mereka bertiga menangis dan menyesal karna telah pulang tak melihat detik-detik terakhir kakek. Mereka hanya ingat pesan kakek tadi.
Paginya mereka mengantar jenazah kakek ke tempat peristirahatan terakhirnya pada 15 Oktober 2005. Selamat jalan kakek, kami disini akan selalu mendo’akan kakek
Malam itu, malam yang indah. Bintang-bintang dan bulanpun ikut menemani kakek di Rumah Sakit seperti halnya Gendis, Sekar dan Pipit. Mereka saat itu sedang menjaga kakeknya yang terbaring ditempat tidur. Mereka berkumpul dan tertawa bersama. Sudah lama kakek menginap di Rumah Sakit itu karna penyakit tipusnya. Tetapi gendis, sekar dan pipit tak bosan-bosan untuk menemani kakek tersayangnya itu. Karna kakek mereka adalah kakek yang sangat baik.
Dimalam itu mereka bercerita tentang zaman ora enak dimana penjajahan datang ke Indonesia. Kakek bercerita itu semua karna kakek pernah mengalaminya. Kakekpun bercerita tentang peperangan dan kerja rodi pada saat itu. Mereka mendengarkan cerita kakek dengan penuh perhatian, pada saat itu mereka masih duduk di Sekolah Dasar. Maklumlah mereka masih penasaran dengan apa yang belum mereka ketahui. Di kamar 007 itulah suara kakek yang serak terdengar dan memantul ke ruangan lainnya. Ya rumah sakit merupakan Rumah Orang Sakit, yang ada hanyalah virus dan bakteri yang tak terlihat. Begitulah Rumah Sakit suasananya yang sepi, berbau obat dan banyak virus menjadi ciri khas Rumah itu. Walaupun seperti itu tetapi Sekar, Gendis dan Pipit tetap betah menemani kakeknya.
Suara kakek terdengar jelas ditelinga mereka bertiga. Saat kakek bersuara keras, ekspresi wajah mereka yang sayu menandakan penasaran tentang apa kelanjutan dibalik cerita kakek itu. Tiba-tiba...
“Tok..Tok..Tok..” suara ketukan pintu terdengar dari luar. Mereka kaget dan sontak kakek manjawab “Masuk...”. ternyata suster cantik datang membawa obat dan makan malam untuk kakek.
“Selamat malam, kakek”
“Malam, sus”
“Makan malamnya dan obatnya diminum ya kek ”
“Iya, terimaksih suster”
Setelah suster itu kembali keluar. Kakek melanjutkan ceritanya kembali diselingi dengan suapan dari cucu-cucunya. Ditengah cerita itu, kakek memberikan nasehat kepada cucunya. Kakekpun berpesan agar mereka selalu berbakti kepada orang tua.
“belajarlah yang rajin , agar kelak ayah dan ibumu bangga, jangan sampe menyia-nyiakan mereka yang telah memberikan semua pelajaran kepada kalian, kakek hanya bisa mendo’akan kalian cucuku”
“iyaa kek, terimakasih.. amin ”
“yang terpenting belajar dulu yang rajin, dan hati-hati ya jaga diri kalian kakek minta maaf kalo belum bisa bahagian cucu kakek yang manis-manis ini ”
“iyaa kakek, ngga boleh ngomong gtu deh, kakek udah baik sama kita, kakek udah banyak mengajari kita. Yang terpenting sekarang kakek sembuh dulu, diminum obatnya ya kek?”
“iyaa sayang”
Malam itu merupakan malam yang paling berkesan untuk mereka berempat. Saat jam menunjukan pukul 08.00, mereka dijemput oleh Ayah dan Ibu. Pulanglah mereka, tetapi mereka tak mau pulang mereka ingin menginap dan menemani kakeknya. Apalah daya hari esok mereka harus kembali bersekolah. Ayah dan ibu tak mengijinkan mereka menginap, lalu Ayah dan Ibu menjanjikan mereka akan menengok kakek terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah.
Diperjalanan pulang, raut wajah mereka masih tetap cemberut yang menandakan kejengkelan mereka yang tak boleh menginap di Rumah Sakit. 15 menit setelah sampai rumah, terdengar suara telfon berdering. Ternyata telfon itu dari Rumah Sakit tempat kakek menginap, Rumah Sakit itu menginformasikan kondisi kakek yang memburuk. Padahal saat mereka tadi kesana kakek masih bisa tertawa. Gendis, Sekar, dan Pipit kaget mendengar berita itu, mereka langsung pergi kerumah sakit itu lagi. Benarlah firasat mereka bertiga. Sampai di Rumah Sakit, kakek telah tiada. Mereka bertiga menangis dan menyesal karna telah pulang tak melihat detik-detik terakhir kakek. Mereka hanya ingat pesan kakek tadi.
Paginya mereka mengantar jenazah kakek ke tempat peristirahatan terakhirnya pada 15 Oktober 2005. Selamat jalan kakek, kami disini akan selalu mendo’akan kakek
0 komentar:
Posting Komentar